Beranda | Artikel
Memetik Hikmah al-Fatihah [3]
Kamis, 10 Oktober 2019

Bagian 4.

Berdoa kepada Allah

Doa merupakan bentuk ibadah yang paling agung. Oleh sebab itu Allah menyebut orang yang tidak mau berdoa kepada-Nya sebagai orang-orang yang sombong. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu mengatakan; Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku pasti akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (Ghafir : 60)

Di dalam surat al-Fatihah yang kita baca di dalam sholat, sesungguhnya kita selalu berdoa kepada Allah, yaitu berdoa meminta hidayah. Dalam kalimat ihdinash shirathal mustaqim, yang artinya ‘Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus.” Ini adalah doa yang sangat agung.

Orang yang berdoa kepada Allah menunjukkan bahwa dirinya butuh kepada Allah. Ia butuh pada bantuan dan pertolongan Allah. Dan demikianlah sejatinya keadaan semua manusia; mereka butuh kepada Allah, sedangkan Allah sama sekali tidak membutuhkan makhluk-Nya. Karena Allah adalah Rabb penguasa dan pengatur seluruh alam ini.

Ketika kita berdoa kepada Allah meminta hidayah maka hal itu mencakup permintaan ilmu, bimbingan, bantuan, dan kemudahan untuk bisa mengamalkan kebenaran. Karena hakikat jalan yang lurus itu -sebagaimana diterangkan para ulama- adalah mengenali kebenaran dan mengamalkannya. Artinya kita meminta kepada Allah agar diberi ilmu tentang kebenaran dan diberi kekuatan, kemampuan dan kehendak untuk mengikuti kebenaran itu.

Konsekuensi dari doa ini adalah kita juga harus berusaha untuk menuntut ilmu. Karena dengan menuntut ilmu kita akan bisa mengenali kebenaran dan jalan menuju kebahagiaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu (agama) maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Jalan menuju surga itu seringkali diliputi hal-hal yang tidak disukai oleh hawa nafsu, sedangkan jalan menuju neraka sering dikelilingi hal-hal yang disenangi oleh nafsu. Oleh sebab itulah kita butuh bimbingan Allah dan pertolongan-Nya untuk bisa menemukan dan menapaki jalan itu. Tanpa pertolongan dan hidayah Allah maka kita tidak akan bisa melakukan kebaikan.

Dari sinilah kita juga bisa mengetahui betapa besar kebutuhan manusia kepada ilmu dan hidayah. Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, “Manusia butuh kepada ilmu lebih banyak daripada kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari sekali atau dua kali, sementara ilmu dibutuhkan sebanyak hembusan nafas.”

Bagian 5.

Berharap akan rahmat Allah

Seorang muslim yang beribadah kepada Allah dan berdoa kepada-Nya tentu mengharapkan ibadahnya diterima dan doanya dikabulkan. Sebagaimana juga ia mengharapkan ampunan Allah atas dosa-dosanya dan rahmat dari-Nya untuk bisa masuk ke dalam surga.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Allah ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam. Sesungguhnya selama kamu terus berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni dosa-dosamu bagaimana pun keadaanmu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu itu mencapai setinggi langit kemudian kamu meminta ampunan kepada-Ku pasti Aku ampuni. Wahai anak Adam, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa hampir sepenuh bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sepenuh itu pula.” (HR. Tirmidzi, beliau menyatakan sahih)

Di dalam surat al-Fatihah kita dikenalkan dengan nama Allah ar-Rahman dan ar-Rahim. Nama ar-Rahman mengandung makna Allah memiliki sifat kasih sayang yang sangat luas. Adapun nama ar-Rahim bermakna Allah memberikan rahmat-Nya itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Hal ini mengandung pelajaran tidak bolehnya berputus asa dari rahmat Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri-diri mereka sendiri; janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala macam dosa. Sesungguhnya Dia Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (az-Zumar : 53)

Diantara bukti besarnya kasih sayang Allah adalah dengan diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab. Dengan itulah manusia akan bisa mengenali kebaikan dan keburukan, ketaatan dan kemaksiatan, mana jalan keselamatan dan mana jalan kebinasaan. Sebagaimana Allah menurunkan air hujan sehingga bumi bisa menumbuhkan tanam-tanaman dan ternak bisa minum. Demikian pula Allah menurunkan wahyu-Nya kepada para rasul untuk membimbing manusia dalam menjalani kehidupan. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)

Dan diantara bukti kasih sayang Allah itu adalah Allah bimbing kita untuk terus berdoa kepada-Nya meminta petunjuk jalan yang lurus, sebagaimana itu terdapat di dalam surat al-Fatihah. Dan demikian pula Allah mengutus kepada kita rasul-Nya untuk diikuti. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Jika kalian benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali ‘Imran : 31)  


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/memetik-hikmah-al-fatihah-3/